"Kondisi itu sungguh ironis. Suatu rasio yang timpang jika dibanding dengan negara lain," kata pendiri Euro Management Indonesia, Bimo Sasongko, di Jakarta, Selasa (2/5)
Padahal, menurut Bimo, pengiriman siswa atau mahasiswa keluar negeri adalah salah satu wujud kepedulian negara dan masyarakat dalam peningkatan kualitas SDM. Bahkan, negara-negara besar, seperti Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok membuka kesempatan dan memberikan fasilitas pada mahasiswa atau pelajar yang berminat untuk studi di luar negeri, bahkan ke negara berkembang. "Tujuannya adalah untuk mempelajari budaya, memelihara hubungan bilateral, atau untuk kerjasama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi," jelas dia
Bimo menilai, melihat angka Hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2017, masih banyak siswa berbakat yang tidak bisa masuk prodi yang diinginkan. Jumlah peserta yang dinyatakan lulus seleksi pada 78 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia sebanyak 101.906 siswa. Jumlah tersebut merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh panitia pusat dari jumlah pendaftar sebanyak 517.166 siswa.
Menurut Bimo, Sungguh tidak adil jika tunas tunas muda berbakat Indonesia kehilangan kesempatan untuk menjadi SDM bangsa yang hebat. Apa lagi, kata dia, sejumlah data menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat sedikit mengrirmkan pelajarnya ke luar negeri. "Kita harus memberikan jalan yang seluas luasnya kepada lulusan SMA berbakat untuk belajar di perguruan tinggi terkemuka di luar negeri," kata Bimo Sasongko yang juga ketua Ikatan Almuni Program Habibie ini.
Berbagai skema pengiriman siswa berbakat dibuat, mulai dari skema beasiswa dari negara lewat LPDP (Lembaga Pengola Dana Pendidikan), beasiswa pemerintah daerah maupun pengiriman secara mandiri oleh para orang tua yang memiliki kemampuan dana. "Perlu napak tilas program pengiriman siswa lulusan SMA terbaik dari seluruh Indonesia untuk belajar di negara maju, yakni di Eropa, Amerika, Jepang dan Australia," sebutnya.
Program tersebut merupakan salah satu Program Beasiswa Habibie yang pernah dikembangkan di bawah Kementerian Riset dan Teknologi Periode 1992-1996. "Perlu dihidupkan kembali, tentu perlu diadopsi lagi sesuai dengan kondisi terkini." jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar