Peringatan
ke-71 Hari Kereta Api Nasional pada 28 September diwarnai dengan
pembangunan berbagai infrastruktur perkeretaapian di seluruh pelosok
tanah air. Pembangunan diatas membutuhkan SDM perkeretaapian dalam
jumlah yang banyak. Terdiri dari SDM ahli hingga teknisi dan bisnis
serta pemasaran jasa perkeretaapian.
Perlu
didirikan Universitas Kereta Api Nasional yang bertempat di Kota
Bandung. Universitas tersebut untuk mengintegrasikan berbagai portofolio
keahlian yang terkait dengan perkembangan industri dan operasi kereta
api. Beberapa diklat atau pusat latihan yang dimiliki oleh PT KAI bisa
bersinegri dengan perguruan tinggi dan konsultan pengembangan SDM
internasional sebaiknya membidani lahirnya Universitas Kereta Api. Hal
itu seperti halnya Telkom University (TelU) yang sangat efektif
menghasilkan SDM yang sangat berkempeten dan berdaya saing dibidang TIK
dan industri kreatif.
Hari
jadi kereta api tahun ini sebaiknya dijadikan tonggak untuk membenahi
dan mencetak SDM perkeretaapian yang berkemampuan global. Latar belakang
sejarah perkeretaapian nasional dimulai setelah proklamasi Kemerdekaan
RI. Para karyawan yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA)
mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari penjajah Jepang. Langkah
heroik diatas meneguhkan bahwa mulai 28 September 1945 kekuasaan
perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Peristiwa itulah yang
menjadi dasar ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api
nasional.
Pemerintah
tengah mengembangkan infrastruktur perkeretaapian secara besar-besaran
seperti proyek pembangunan kereta api (KA) super cepat Bandung-Jakarta,
pembuatan jalur kereta api di luar Pulau Jawa (Sulawesi, Kalimantan dan
Papua), pembangunan Kereta Api Ringan (Light Rail Transit / LRT)
terintegrasi di beberapa kota, seperti Bandung, Palembang, DKI Jakarta,
Bogor, Depok, dan Bekasi. Serta proyek untuk mengaktifkan kembali jalur
KA yang selama ini telah mati. Seperti jalur Bandung-Ciwidey, jalur
Rancaekek-Tanjung Sari Sumedang, dan jalur mati lainnya.
Tentunya
untuk menunjang pembangunan infastruktur diatas dibutuhkan pengembangan
SDM lewat pendidikan dan pengiriman ke luar negeri untuk belajar
perkeretaapian modern. Selama ini PT KAI telah melakukan benchmarking
ke negara lain dengan mengirimkan SDM ke Prancis, Jepang dan Tiongkok.
Pengiriman tersebut meliputi berbagai macam keahlian dan meliputi
seluruh jenjang karyawan. Menurut data, 1837 karyawan telah dikirim ke
Tiongkok untuk mendalami perkeretapaian.
Terkait
dengan pengembangan SDM, pembangunan KA Cepat yang digarap PT Kereta
Cepat Indonesia China (KCIC) sebaiknya mengacu dan sesuai dengan UU
No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Pembangunan sebaiknya terfokus
kepada tahapan penguasaan teknologi dan industri dalam arti yang
sebenar-benarnya. Serta dilakukan penuh totalitas oleh putra-putri
bangsa sendiri.
Untuk
membangun sisten perkeretaapian nasional yang canggih, yang memadukan
antara KA komuter atau perkotaan, KA biasa, hingga KA cepat/supercepat
diperlukan penguasaan teknologi dan industri perkeretaapian yang
ditopang oleh SDM teknologi yang andal dan jumlahnya cukup.
Komitmen
direksi PT KCIC yang menyatakan bahwa proyek pembangunan KA cepat
Jakarta-Bandung akan menggunakan tenaga kerja nasional harus dirumuskan
secara detail. Perlu perencanaan SDM dan audit teknologi KA cepat agar
dikemudian hari program ini bisa berlanjut dan berkembang sesuai arah
perkeretaapian nasional yang bisa mencapai kelas dunia.
Proyeksi
KA cepat Jakarta-Bandung yang akan menyerap 39 ribu tenaga kerja pada
saat konstruksi, 20 ribu tenaga kerja konstruksi transit oriented
development (TOD), dan 28 ribu pekerja saat operasi TOD harus dirumuskan
secara detail.
Pengembangan
perkeretaapian nasional selain membutuhkan pelaksana pembangunan
infrastruktur oleh BUMN dan wahana industri perkeretaapian, juga
membutuhkan lembaga riset dan inovasi untuk mengembangkan KA cepat
dimasa mendatang. Tentunya lembaga riset dan inovasi ini membutuhkan
sangat banyak SDM teknologi yang mampu menguasai teknologi KA supercepat
yang sesuai dengan tren dunia.
Perlu
mengirimkan mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi dan pusat
industri KA supercepat. Sehingga dalam kurun waktu lima tahun kedepan
SDM teknologi ini sudah bisa mengisi lembaga strategis di atas.
Betapa
dinamisnya riset dan inovasi terkait dengan KA supercepat dewasa ini.
Kita bisa menengok inovasi dan riset yang dilakukan oleh perusahaan KA
nasional Prancis SNCF. Selama ini SNCF merupakan pusat dunia terkait
dengan pengembangan KA canggih berkecepatan sangat tinggi. Yakni Train
Grande Vitesse (TGV) yang terus menerus berinovasi membuat rekor dunia
dalam hal kecepatan tempuh.
Selain
aspek kecepatan, SNFC juga melakukan berbagai riset dan inovasi terkait
dengan value conscious. Survei SNFC menunjukkan bahwa pada saat ini
faktor kecepatan saja tidaklah cukup untuk menjadi daya tarik penumpang
KA di benua Eropa. Dengan kondisi ini maka SNFC selain terus
mengembangkan teknologi KA cepat juga berinovasi terhadap layanan,
antara lain bekerja sama dengan Disneyland untuk merancang gerbong TGV
yang memiliki fasilitas hiburan fantastis bagi keluarga.
Para
pemuda lulusan SMA di negeri ini sebaiknya diarahkan untuk belajar KA
supercepat di Prancis. Karena negara itu selama ini terbukti memberikan
transfer teknologi yang jelas dan komprehensif kepada negara lain,
termasuk dengan Tiongkok. Transformasi perkeretaapian nasional menuju
penerapan KA supercepat perlu strategi dan cetak biru yang tepat yang
dikerjakan secara mandiri oleh putra-putri bangsa. Kemandirian itulah
yang menjadi roh dari Undang-undang Perkeretaapian Nasional.
Keberhasilan
transfer teknologi KA supercepat oleh pemuda Indonesia sangat
menentukan perkembangan perkeretaapain nasional dan sekaligus menjadi
solusi bagi masalah yang akan timbul. Pengoperasian KA Cepat
Jakarta-Bandung tentunya akan sarat masalah berikutnya.
BIMO JOGA SASONGKO, Pendiri Euro Management Indonesia, Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar